Batang – teraspanturanews.com Di antara hijaunya pegunungan Desa Pesantren, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, aroma kopi yang harum mulai berpadu dengan semangat transformasi digital. Kelompok Catra Kopi, yang selama ini mengandalkan pemasaran konvensional, kini tengah memasuki era baru dengan memanfaatkan kekuatan platform digital untuk memperluas jangkauan pasar mereka.
Transformasi ini bukanlah kebetulan. Institut Widya Pratama, melalui Program Hibah Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari KEMDIKBUDRISTEK Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Tahun 2025 dengan Skema Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP), menghadirkan angin segar bagi pelaku usaha kopi lokal dengan menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Transformasi Digital Usaha Kopi melalui Pemberdayaan Catra Kopi dengan Digital Marketing dan Manajemen Usaha Berbasis Teknologi.”
Sabtu, 5 Juli 2025, menjadi hari bersejarah bagi anggota Kelompok Catra Kopi. Puluhan pelaku usaha kopi berkumpul dengan antusias, siap menerima ilmu baru yang akan mengubah cara mereka berbisnis.
Ketua Pelaksana Kegiatan PkM, Hari Agung Budijanto mengatakan, kegiatan ini didesain dengan pendekatan yang praktis dan kontekstual, membekali peserta dengan tiga pilar utama digital marketing yang mudah diaplikasikan oleh pelaku UMKM pedesaan.
“Ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan tradisi kopi lokal dengan modernitas teknologi digital,” katanya saat ditemui di Desa Pesantren, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Kamis (10/7/2025).
Ia juga menyampaikan bahwa, pemanfaatan Aplikasi Shopee sebagai marketplace untuk membuka akses ke pasar nasional. Kedua, penggunaan Aplikasi TikTok sebagai medium promosi berbasis video pendek yang viral. Ketiga, penguasaan aplikasi CapCut untuk menghasilkan konten visual yang menarik dan profesional.
“Transformasi digital bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang mengubah pola pikir pelaku usaha agar siap bersaing di era serba online. Kami senang dapat mendampingi Catra Kopi sebagai mitra yang antusias belajar dan berkembang,” jelasnya.
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini sangat aplikatif. Peserta tidak hanya mendapat teori, tetapi juga praktik langsung bagaimana membuat akun bisnis di Shopee, mengelola toko online, hingga membuat konten promosi yang menarik di TikTok.
Mereka diajari cara menggunakan fitur-fitur seperti Shopee Live untuk berinteraksi langsung dengan calon pembeli, serta memanfaatkan algoritma TikTok untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Transformasi pola pikir ini terlihat jelas dari antusiasme para peserta.
Sementara itu Ketua Kelompok Catra Kopi Barozi mengatakan, sebelumnya, kami hanya mengandalkan pelanggan yang datang langsung ke warung atau lewat mulut ke mulut. Sekarang, dengan bantuan platform digital, kami bisa menjangkau konsumen di seluruh Indonesia.
Barozi, yang awalnya skeptis dengan teknologi digital, kini menjadi salah satu pendukung terdepan gerakan digitalisasi ini.
“Dengan pelatihan ini berharap, peserta mampu memanfaatkan platform seperti TikTok dan Shopee, serta penggunaaan aplikasi CapCut, sehingga dapat memperluas jangkauan pasar Catra Kopi,” harapnya.
Barozi juga mengucapkan terima kasih kepada tim dari Institut Widya Pratama dan semua pihak yang sudah membimbing kami untuk dapat meningkatkan jangkauan pemasaran dan daya beli masyarakat, sekarang kami percaya, bisnis kopi dapat go digital.
Desa sebagai Pusat Inovasi Digital
Salah satu dosen pelaksana kegiatan menegaskan kegiatan ini membuktikan bahwa transformasi digital tidak hanya milik kota-kota besar. Transformasi digital bukan hanya milik kota. Desa juga bisa menjadi pusat inovasi asal diberikan akses dan pendampingan yang tepat.
“Pernyataan ini menjadi sangat relevan ketika melihat potensi besar yang dimiliki Kelompok Catra Kopi. Dengan kualitas biji kopi yang tidak kalah dengan produk perkotaan, mereka hanya membutuhkan platform yang tepat untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” terangnya.
Melalui Shopee, produk kopi mereka kini bisa diakses oleh konsumen di seluruh Indonesia, sementara TikTok memberikan ruang kreatif untuk memperkenalkan proses pembuatan kopi yang unik dan menarik.
Sinergi Tridharma Perguruan Tinggi
Kegiatan ini juga memberikan nilai tambah bagi Institut Widya Pratama dalam implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Selain memenuhi aspek pengabdian kepada masyarakat, kegiatan ini juga menjadi laboratorium pembelajaran bagi mahasiswa dan dosen dalam mengaplikasikan ilmu digital marketing dalam konteks nyata.
Salah satu Mahasiswa Agus Ilyas mengungkapkan, ini adalah bentuk sinergi yang sempurna antara dunia akademis dan praktisi. Mahasiswa belajar dari pengalaman nyata, sementara masyarakat mendapat manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan terkini.
“Program ini juga sejalan dengan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Batang dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal. Dengan transformasi digital, Kelompok Catra Kopi tidak hanya menjadi pelaku usaha biasa, tetapi juga agen perubahan yang dapat menginspirasi kelompok usaha lainnya di daerah tersebut,” ujar dia.
Dampak yang diharapkan dari program ini bersifat jangka panjang. Selain peningkatan omzet dan jangkauan pasar, transformasi digital ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran branding dan kualitas produk. (AS Saeful Husna Kabiro Batang, Jateng)
Salam Teras Pantura