Pekalongan –teraspanturanews.com Dalam upaya menggali semangat kemandirian dan nasionalisme melalui jalur agrikultur, tim redaksi Teraspanturanews.com melakukan kunjungan jurnalistik ke kebun pertanian milik Yayasan Surya Alam yang berlokasi di Desa Legokclile, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, pada Selasa, 13 Agustus 2025.
Kebun seluas kurang lebih 4.800 meter persegi ini dikelola secara mandiri dan menjadi laboratorium hidup bagi pengembangan pertanian terpadu berbasis komunitas. Tidak hanya sebagai lahan produksi, area ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pelatihan bagi para pengurus yayasan dan masyarakat sekitar.
Ustadz Dirno Budianto, pengurus sekaligus tokoh penggerak di balik kegiatan ini, mengungkapkan bahwa bertani adalah bagian dari kearifan lokal yang harus terus dilestarikan.
“Orang tua kita dulu tidak mengenal teori, tapi langsung praktek. Sekarang justru banyak edukator yang membahas pertanian, namun minat generasi muda semakin menurun,” tuturnya dalam dialog santai namun sarat makna.
Menurutnya, penting untuk menumbuhkan kembali kecintaan terhadap dunia pertanian, terutama di kalangan generasi muda. Ia menekankan bahwa kembali ke tanah bukan hanya soal menyediakan pangan, tapi juga memperkuat kedaulatan dan membangun kecintaan pada negeri.
Saat ini, sekitar 80 persen lahan telah dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti kangkung, cabai, terong, singkong, talas, sereh bumbu, bayam, serta beragam sayuran lainnya. Selain itu, yayasan juga mulai mengembangkan budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal, serta beternak ayam. Dalam waktu dekat, akan direalisasikan pula program peternakan sapi.
Yang menarik, seluruh proses pertanian di lokasi ini mengedepankan prinsip ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk organik hasil fermentasi limbah rumah tangga. Pupuk tersebut diaplikasikan langsung ke tanah atau dimasukkan ke dalam media key hole berdiameter tiga meter, sebagai sistem kompos alami yang efisien.
Lebih dari sekadar lahan produksi, kebun ini juga dimanfaatkan sebagai media pelatihan praktikum bagi para pengurus yayasan. Setiap pengurus mendapatkan plot lahan khusus yang dinamai sesuai nama masing-masing, sebagai bentuk tanggung jawab dan latihan manajemen pertanian. Langkah ini dinilai efektif dalam membangun keterampilan teknis sekaligus menumbuhkan nilai-nilai disiplin, kerja keras, dan kepedulian terhadap ketahanan pangan lokal.
Ke depan, Yayasan Surya Alam berencana menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan menggandeng praktisi dari dinas terkait. Harapannya, kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat bagi internal yayasan, tetapi juga mampu mengedukasi dan menginspirasi masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam pengembangan pertanian organik dan berkelanjutan.
“Bertani adalah bentuk nyata cinta kita pada negeri. Lewat tanah, kita belajar memberi, mencintai, dan berdikari,” pungkas Ustadz Dirno dengan penuh semangat.
Inisiatif yang dijalankan oleh Yayasan Surya Alam ini menjadi contoh konkret bahwa cinta tanah air tidak melulu harus diwujudkan dalam bentuk besar, tetapi bisa dimulai dari hal-hal sederhana yang berkelanjutan, seperti mengelola tanah, menanam pangan, dan mengedukasi masyarakat. ( AS Saeful Husna Kabiro Batang Jateng)
Salam Teras Pantura