Batang – teraspanturanews.com Pondok Modern Tazakka mengelar Sarasehan Tokoh Masyarakat dan Agama untuk Batang dan Indonesia Damai, yang dihadiri tokoh lintas agama, profesi dan ormas. Beberapa tokoh yang hadir di antaranya karang taruna, tokoh Muhammadiyah, NU, Fatayat, ‘Aisyiyah, Pemuda Pancasila dan Lindu Aji, dengan harapan mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat.
Sarasehan membahas perkembangan terkini di berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Bramantio, tokoh pemuda Batang, situasi di Kabupaten Batang termasuk tergolong kondusif.
“Alhamdulillah aspirasi masyarakat tersampaikan secara dengan damai, tidak sampai terjadi kerusuhan, perusakan atau pembakaran fasilitas negara,” katanya, saat ditemui di Pondok Modern Tazakka Bandar, Kabupaten Batang, Selasa (2/9/2025).
Dalam forum tersebut, para tamu diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi di muka umum, karena dilindungi oleh undang-undang. namun jika disertai dengan aksi kekerasan dan kerusuhan, maka hal tersebut bukan merupakan budaya bangsa Indonesia.
Inisiator penyelenggara sarasehan, K.H. Anizar Masyhadi, kelembutan yang dimiliki masyarakat menjadikan timbulnya cinta damai antar sesama.
“Harus ditunjukkan ke publik, karena jika orang-orang baik diam, maka yang jahat akan terus melakukan kejahatannya,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini di tengah masyarakat sangat deras dengan berbagai konten di media sosial, yang kebenarannya masih diragukan, yang dapat memicu terjadinya demonstrasi yang berakibat pada kerusuhan.
“Menyikapi perkembangan terkini, para tokoh meminta kepada Pemerintah Kabupaten Batang untuk memfasilitasi pertemuan serupa, yang cakupannya diperluas. Meliputi semua elemen dari seluruh kecamatan yang ada di daerah Batang, yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat,” tegasnya.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Tazakka KH. Anang Rikza Mashadi menggarisbawahi, semua elemen harus mampu mengambil hikmah.
“Pemerintah harus belajar dari kejadian ini, legislatif juga belajar, aparat mengambil pelajaran, masyarakatpun juga dapat mengambil pelajaran dari yang terjadi dalam seminggu ini,” ungkapnya.
Salah satu pelajaran penting yang bisa diambil, adalah pentingnya menjaga empati dan lisan. Para pemimpin perlu punya sikap empati sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya tidak melukai rasa keadilan masyarakat.
Selain itu, pemimpin dan tokoh umat juga perlu menjaga lisannya, sehingga tidak membuat statemen yang dapat merusak tatanan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
“Jagalah nilai ukhuwah. Sesama muslim untuk menjaga ukhuwwah Islamiyah, sesama warga negara menjaga ukhuwah wathoniyah, dan sesama manusia ukhuwwah insaniyah,” ujar dia. (AS Saeful Husna kabiro Batang, Jateng)
Salam Teras Pantura