Pemalang, teraspanturanews.com 3 Juni 2025 – Sebanyak 93 anggota komunitas pegiat sosial berkumpul dalam kegiatan Korda berkala yang digelar di Rumah Makan Serba Sambel, Kabupaten Pemalang. Acara ini menjadi momentum penting untuk evaluasi sekaligus penguatan kapasitas anggota dalam menyikapi dinamika sosial dan pendidikan di era modern.
Rakiman Budi Sukamto, S.Sos., selaku Ketua Korda, hadir sebagai narasumber pertama. Dalam paparannya, ia menyoroti penurunan angka kehadiran peserta dibandingkan bulan sebelumnya. “Kehadiran bukan sekadar angka, melainkan cerminan keberpihakan terhadap program. Tanpa kehadiran, tidak ada keterlibatan nyata,” tegas Rakiman. Ia kemudian mengurai pentingnya memahami Revolusi Pendidikan Indonesia dalam konteks kodrat alam dan kodrat zaman yang terus berubah.
Lebih lanjut, Rakiman menjelaskan perubahan karakter pendidikan dari era Society 1.0 hingga Society 5.0. Dimulai dari Society 1.0 yang berfokus pada kehidupan berburu dan meramu, lalu Society 2.0 pada era pertanian, Society 3.0 saat revolusi industri, Society 4.0 dengan digitalisasi, hingga Society 5.0 yang menggabungkan kecerdasan buatan dengan nilai kemanusiaan. “Di era Society 5.0, manusia tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kepekaan sosial,” jelasnya.
Ia juga membahas makna disruption sebagai fenomena perubahan cepat yang mengguncang tatanan lama. Dalam dunia pendidikan dan sosial, disruption menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk menciptakan sistem yang lebih adaptif. Dalam konteks ini, Rakiman menekankan pentingnya mencetak Generasi Unggul — generasi yang mampu berpikir kritis, adaptif, dan berintegritas tinggi.
Konsep Jalma Utama yang futuristik juga turut disoroti. Jalma Utama adalah pribadi yang mampu memimpin dengan visi masa depan, menginspirasi sekitarnya, serta terus belajar sepanjang hayat. Contoh nyata dari Jalma Utama adalah seorang guru yang terus memperbarui metode pengajarannya sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Menurut Rakiman, generasi cerdas harus memiliki kombinasi dari kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Faktor-faktor yang membentuk generasi cerdas meliputi pola asuh, kualitas pendidikan, lingkungan sosial, dan akses informasi. Tujuan pendidikan pun tidak lagi hanya mencetak pekerja, tetapi menjadi jalan untuk menciptakan masyarakat pembelajar (learning society) — yakni masyarakat yang terus belajar, beradaptasi, dan menjadi motor penggerak perubahan.
Sementara itu, narasumber kedua, Banon Prakoso, S.Sos., menggarisbawahi pentingnya konstruksi laporan kegiatan berbasis sistem POAC (Program, Organisasi, Aktual, Control). Ia menekankan bahwa laporan yang disusun dengan POAC akan lebih sistematis dan mudah dipahami oleh semua pihak. “POAC bukan hanya soal pelaporan administratif, tapi juga cerminan tata kelola yang akuntabel dan terukur,” pungkas Banon menyudahi paparannya. ( AS Saeful Husna Kabaro Batang)
Salam Teras Pantura