Batang – teraspanturaranews.com Bencana abrasi di Kabupaten Batang kini menjadi ancaman nyata yang makin mendekati pemukiman warga. Naiknya permukaan air laut atau rob telah merendam ratusan hektare lahan, bahkan mulai menjangkau teras-teras rumah di wilayah Kecamatan Batang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batang Rusmanto menyampaikan, keprihatinan mendalam terkait kondisi ini.
“Ada sekitar 370 hektare terdampak air rob, itu berada di desa Denasri Kulon dan sekitarnya,” katanya, saat ditemui usai penanaman bibit mangrove di Desa Denasri Kulon, Kabupaten Batang, Rabu (15/10/2025).
Keterangan itu disampaikannya saat menghadiri program penanaman mangrove “Mageri Segoro” yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengantisipasi perubahan iklim, khususnya dampak air rob yang kian masif.
“Jadi hari ini kita melaksanakan kegiatan Mageri Segoro, ini programnya dari Jawa Tengah, dilaksanakan di sepanjang Pantai Utara dan juga Pantai Selatan di Jawa Tengah. Ini dalam rangka untuk mengantisipasi perubahan iklim yang mana dampaknya yang saat ini sudah terasa, yaitu rob atau naiknya permukaan air laut yang masuk ke daratan,” jelasnya.
Di Batang, luas lahan yang terendam rob mencapai angka mengkhawatirkan. Kalau di Batang ini ada sekitar 370 hektare yang di sekitar lokasi ini. Lahan yang terdampak meliputi tanah milik masyarakat, tanah pemerintah daerah, dan juga eks-bengkok.
Saat ditanya seberapa besar ancaman rob ini terhadap pemukiman, Rusmanto menunjuk ke kondisi di lokasi.
“Ya seperti yang kita lihat sekarang sudah mepet pemukiman di sekitar, kelihatan air rob-nya sudah sampai di teras-teras rumah, khususnya yang di wilayah Kecamatan Batang,” ungkapnya.
Bencana ini diakui telah berlangsung cukup lama. Kalau informasi kurang lebih sekitar 4-5 tahun yang lalu. Upaya penanaman mangrove, seperti yang dilakukan pada tahun 2021, ternyata belum mampu menahan laju abrasi sepenuhnya.
“Penanaman mangrove yang kita lihat itu kan, itu dilaksanakan di tahun 2021, dan pada saat itu belum seperti ini. DLH Batang terus berupaya mengatasi masalah ini. Upaya konservasi lahan menjadi langkah pertama, untuk menekankan perlunya kesadaran kolektif,” tegasnya.
Yang pertama ya kita melakukan konservasi lahan, kemudian yang kedua kita minta kepada kesadaran masyarakat, karena penanaman ini tidak akan berhasil nanti kalau kesadaran masyarakat ini juga masih kurang.
Rusmanto mencontohkan, meski penanaman mangrove sudah sering dilakukan bertahun-tahun, hasilnya tidak maksimal.
“Seperti kita ketahui di Kabupaten Batang, sudah dari beberapa puluh tahun yang lalu mungkin kita sudah sering melaksanakan penanaman mangrove. Tapi yang ada sekarang kan juga hanya beberapa tempat yang bisa berkembang dengan baik,” imbuhnya.
Pemerintah daerah pun tidak menutup kemungkinan mengandalkan program nasional seperti pembangunan tanggul raksasa.
“Mendingan nanti kita koordinasikan lebih lanjut, karena untuk kegiatan itu kan nanti juga harus ada kontribusi sharing dari pemerintah,” pungkasnya.
Titik terparah dampak abrasi, menurut Rusmanto, saat ini berada di wilayah kota. Di Batang Kotanya. Sementara terkait data intrusi air laut atau penurunan tanah (subsiden), DLH Batang masih belum memiliki catatan pasti. (AS Saeful Husna Kabiro Batang, Jateng)
Salam Teras Pantura