Oleh: AS Saeful Husna untuk teraspanturanews.com Batang Jateng
Pada momentum kegiatan Workshop Memperingati Hari Wanita Internasional, hadir sebagai narasumber utama Dr. (H.C) Abi Hanan S.Sos didampingi istri tercinta beserta team. Topik yang diusung adalah Penguatan Peran Keluarga Harmoni dalam Menumbuhkan Peradaban Hakiki, hadir 143 peserta dari berbagai daerah area Pekalongan Raya, Hotel Parkside Mandarin Hotel Pekalongan. 25/03/2024.
Membuka presentasinya Hanan menegaskan bahwa keluarga adalah miniatur negara, kondisi sebuah negara sangat dipengaruhi oleh bagaimana keadaan warga bangsanya dalam menata keluarga masing-masing, maka pada hasil akhir akan terwujud sebuah kondisi baldatun thoyyibatun ghofuur, yakni di mana aspek ini mutlak diawali dari keadaan keluarga yang mampu mewujudkan konsep baiti jannati yaitu tatanan keluarga yang di dalamnya mencerminkan nilai-nilai cinta kasih, harmoni dan saling memuliakan. Kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh kepada anggota keluarganya ia akan senantiasa mewujudkan kebutuhan-kebutuhan dasar keluarga walau dalam kondisi apapun tanpa mengabaikan kebahagiaan, pendidikan, kesejahteraan, silaturahmi, kesehatan, dan hak-hak hidup lainya di dalam pergaulan bermasyarakat, sehingga prinsip hidup normal terwujud adanya, ini menunjukan besarnya tanggung jawab bagi kepala keluarga yang memiliki kewenangan, kedudukan dan tujuan akan diarahkan kemana anggota keluarganya.
Hanan mengutip kata-kata dari seorang Napoleon Bonaparte “Jika anda membangun pasukan dengan 100 Singa dan pemimpin mereka adalah seekor Anjing. Dalam pertarungan apapun Singa akan mati seperti Anjing. Tapi jika anda membangun pasukan dari 100 Anjing dan pemimpin mereka adalah seekor Singa, semua Anjing akan bertempur bagai seekor Singa”. Ini menunjukan konsekuensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala keluarga yakni memiliki kegigihan sebagaimana gigihnya singa dalam memimpin pasukanya, seorang kepala keluarga mutlak memiliki kewenangan untukk menjamin kesejahteraan dan keselamatan hidup anggota keluarga baik dunia hingga keselamatan akhiratnya, karena sebagaimana pesan dalam Al-Qur’an “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!” (Q.S: Az-Zumar 73). Pesan ini menunjukan besarnya kepala keluarga adalah meliputi aspek dunia dan akhirat.
Maka dalam falsafah jawa seorang kepala rumah tangga harus memiliki 5 Tanda Lelaki yang Sejati
Wismo yaitu salah satu tanda kesuksesan laki-laki adalah mempunyai rumah sendiri. Dengan mempunyai rumah sendiri, laki-laki akan dengan mudah dianggap sukses dan mapan oleh orang-orang. Kata wismo (rumah) pada kalimat Jawa tersebut juga bisa dimaknai sebagai tempat berlindung dan menetap. Ada makna filosofis yang terkandung dalam kata tersebut. Lelaki sejati adalah lelaki yang sanggup melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat menetap bagi keluarga dan orang-orang tercintanya. Karena lelaki ditakdirkan sebagai seorang kepala keluarga dan pemimpin. Maka lelaki harus dapat menjadi tempat berlindung dan menetap untuk orang-orang terkasihnya.
Garwo adalah, seorang lelaki dianggap sejati apabila sudah menikah dan beristri. Lelaki sejati bukan lelaki yang bisa membuat banyak perempuan jatuh hati. Lelaki sejati adalah lelaki yang mampu menikahi wanita dan bertanggungjawab terhadap wanita yang dinikahinya tersebut. Selain itu, kata garwo (istri) di sini juga dapat diartikan sebagai lambang dari rasa kasih sayang dan kelembutan. Artinya bahwa lelaki sejati juga harus memiliki rasa kasing sayang dan hati yang lembut terhadap sesama.
Turonggo (Turonggo (kuda) di sini maksudnya adalah tunggangan atau kendaraan. Turonggo digambarkan sebagai hewan yang tenaga dan kekuatannya membantu manusia dalam banyak hal. Meskipun begitu, si turonggo tadi tetap patuh terhadap tuannya. Lelaki sejati harus selalu siap menolong sesama dengan segenap kekuatan dan kemampuannya. Di saat bersamaan, juga harus memiliki sikap rendah hati dan selalu menjaga tata krama serta sopan santun dengan sesama. Lelaki sejati juga harus berfungsi sebagai kendaraan. Kendaraan yang mampu mengantarkan dan membimbing anak istrinya, menuju kepada jalan kebikan dalam setiap kehidupannya.
Curigo (Senjata) Makna dari kata curigo (senjata) di sini adalah sebagai sesuatu yang selalu bisa diandalkan. Lelaki sejati harus bisa diandalkan dalam segala hal. Berperan sebagai pemimpin sekaligus pelindung bagi keluarga dan masyarakatnya. Oleh karena itu lelaki sejati harus selalu mengasah keterampilan dan pengetahuannya supaya berguna untuk keluarga, masyarakat, dan negara. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki lelaki dijadikan sebagai sumber kehidupan atau untuk mencari nafkah. Pada zaman sekarang keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seorang lelaki digunakan untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan tersebut digunakan untuk menghidupi anak dan istrinya.
Kukilo (Burung) Kukilo (burung) di sini dimaknai sebagai hewan peliharaan. Untuk memelihara hewan peliharaan, diperlukan ketekunan dan kesabaran yang tinggi, apalagi memilahara burung. Makna filosofisnya adalah bahwa lelaki sejati harus memiliki rasa sabar dan ketekunan dalam menjalani kehidupan. Dalam hal merawat istri dan anak, lelaki sejati harus selalu bertanggungjawab terhadap kewajibannya sebagai kepala keluarga, dalam kontek kekinian kukilo bisa dimaknakan dengan healing, mengajak keluarga mengunjungi tempat-tempat yang memunculkan rasa bahagia, dan sepenuhnya tidak ada yang keluar dari praktek baiti jannati.
Kedudukan kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh yang terurai dalam falsafah jawa diatas, ini menunjukan peran kepala rumah tangga adalah sebagai pelindung bagi istri dan anggota keluarganya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 34 “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada,…”. Tugas kepala rumah tangga adalah memberikan edukasi yang seutuhnya benar, memberikan contoh tindakan yang seutuhnya benar, yang memberikan cinta kasih seutuhnya untuk keluarga tercinta, hingga terbentuknyya sawasiyyah dalam hal tauhid ilallah
Pria yang sangat dihormati itu melanjutkan paparan materinya kembali, dimana ia menceritakan kisah masa kecilnya dalam keluarga, dimana ia sebagai putra tertua yang tentu mendapat didikan keras dari ayah ibunya dengan tujuan sebagai eksperimen edukasi untuk adik-adiknya kelak, karena keberhasilan seorang kakak tertua menjadi indikator keberhasilan generasi selanjutnya, bahkan ia menceritakan pola pendidikan yang dipraktekan dalam kehidupan keluarganya menggambarkan keharmonisan antara ayah kepada anak, ayah kepaada suami dan sebaliknya. Ia menegaskan bahwa anak-anak kita kedepan memiliki potensi besar sebagai generasi pelanjut membangun negara, maka mari berikan kesempatan seluas-luasnya, kita gelarkan karpet merah untuk generasi masa harapan. Pesan kepada seluruh orang tua hilangkan ego di depan anak-anak, rendahkan harga diri di depan anak-anak, kita berikan kesempatan seluas-luasnya pada generasi pelanjut sehingga mereka tumbuh dan berkembang penuh dengan cinta kasih sayang bersumber dari keluarga yang memiliki konsep baiti jannati, ujarnya.
Salam Keluarga Harmoni
Salam Teras Pantura