Oleh : AS Saeful Husna
teraspanturanews.com Batang
teraspanturanews.com Batang Jumat 23/02/2024
Masjid Agung Darul Muttaqin Batang, terletak di sebelah barat Alun-alun Kota Batang, memiliki kekayaan sejarah sejak era sebelum Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Terbukti dari prasasti di mimbar yang berasal dari tahun 1242 Hijriah (1828 M), masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol peradaban Islam tetapi juga menyimpan kisah perlawanan Batang terhadap penjajahan Belanda.
Menurut Ustad H. Masruri, salah seorang anggota dewan penasehat masjid, catatan sejarah mengungkapkan bahwa pada tahun 1850-an, ulama terkemuka KH Ahmad Rifai, pendiri gerakan Rifaiyyah, tinggal di Batang dan sangat menentang kolonialisme Belanda. Masjid Agung Darul Muttaqin menjadi ruang sidang selama persidangan KH Ahmad Rifai, momen penting dalam sejarah perlawanan kota tersebut.
Sejarah masjid ini ditandai dengan pengorbanan, ketika seorang muadhin (yang mengumandangkan azan) kehilangan nyawanya karena peluru tentara Belanda saat bersiap untuk mengumandangkan salat subuh. Dikisahkan Ustad H. Masruri berdasarkan cerita ayahnya, makam muadhin yang awalnya terletak di belakang masjid, masih ada namun dipindahkan ke sisi utara.
Meski mengalami beberapa kali renovasi, Masjid Agung Darul Muttaqin Batang tetap mempertahankan tradisi unik Jumat Kliwonon. Tradisi ini melibatkan anggota masyarakat mandi di air mancur masjid, diyakini memiliki khasiat penyembuhan. Masjid ini berdiri sebagai bukti ketahanan masyarakat setempat dan hubungan mereka dengan praktik budaya.
Ustad H. Masruri menutup dengan menyoroti pentingnya tradisi Jumat Kliwonon, dimana anak-anak ikut aktif dalam ritual penyucian, mengingat hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengobatan terapeutik. Kehadiran praktik-praktik tersebut mencerminkan pentingnya budaya dan sejarah Masjid Agung Darul Muttaqin bagi masyarakat Batang.
Salam Sejarah
Salam teraspanturanews.com